Oleh : Agung Mulyo
Sampai saat ini fenomena Bumi masih merupakan misteri yang sangat sulit untuk dianalisis. Mempelajari riwayat Bumi sepanjang masa merupakan hal yang gampang-gampang susah, karena tidak seorang pun dapat memahaminya seca menyeluruh dan utuh. Batapapun teknologi manusia telah mampu mengirim wahana angkasa luar hingga ke Pluto yang berjarak 5,9 milyar km dari Bumi, namun jari-jari Bumi yang 6.370 km hanya baru mampu ditembus dengan pemboran sampai kedalaman 10 km saja.
Terjadinya gerhana Matahari dan Bulan, mendekatnya komet ke Bumi serta berbagai peristiwa astronomi lainnya secara amat tepat telah dapat diketahui waktunya sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Akan tetapi peristiwa alam seperti letusan gunungapi, gempabumi, banjir bandang, stunami dan tanah longsor hampir sama sekali tidak pernah dapat diprediksi kapan saatnya tiba. Beragam bencana alam besar yang banyak menelan korban manusia seperti meletusnya Gunung Vesivius pada 24 Agustus 79, Gunung Krakatau pada 23 Agustus 1883, gempabumi di T’ang-Shan, China tahun 1976 dan di Kobe, Jepang tahun 1995, tanah longsor di Pasir Gundul Bogor dan banjir bandang di Sungai Bahorok, Langkat, Sumatera Utara merupakan sebagian kecil contoh betapa aktivitas Bumi masih mengandung misteri besar.
Sejak tahun 1970-an geologi sebagai ilmu telah berkembang menjadi sangat menakjubkan dan menarik akibat munculnya teori Global Tektonik Lempeng (Global Plate Tectonics). Teori ini mampu menjelaskan tatanan Bumi secara utuh sebagai satu kesatuan sistem, sehingga dapat diketahui bahwa pada “hakekatnya” semua yang ada di Bumi ini bersifat dinamis dan saling bertautan. Dengan demikian proses yang terjadi pada setiap elemen / bagian dari Bumi ini memberikan akibat dan dampak terhadap elemen / bagian Bumi yang lainnya, baik secara sederhana maupun rumit. Teori ini sebenarnya bukan hanya merefisi faham fixistik yang telah ada seperti teori Geosinklin dan Undasi, tetapi juga merupakan pengembangan dari faham-faham mobilistik yang juga telah ada sebelumnya. Kunci utama konsep ini adalah bahwa kulit Bumi (Litosfera) merupakan suatu lempeng yang bersifat rigit (tegar) yang bergerak satu terhadap lainnya di atas suatu massa dasar plastis, yaitu Astenosfera. Litosfera terdiri atas dua macam lempeng (kerak), yaitu Lempeng Benua (Continental Plate) dan Lempeng Samudera (Oceanic Plate).
Gambar 1. Lapisan kulit Bumi (Litosfera) menurut konsep Tektonik Lempeng.
Teori revolusioner lainnya yaitu Sequence Stratigraphy (Sekuen Stratigrafi) yang konsepnya sebenarnya telah dimulai menjelang akhir abad ke-19 dengan munculnya konsep perubahan muka air laut “eustatic” yang dikemukakan oleh Darwin. Berdasarkan konsep ini antara lain salah satunya menyatakan bahwa pinggiran paparan (shelf edge) merupakan pusat dari pengendapan lapisan sedimen. Hal ini jelas merubah total pandangan sebelumnya bahwa pusat pengendapan lapisan sedimen adalah suatu bentuk cekungan. Ketidakselarasan (unconformity) tidak bersifat regional apalagi global, tetapi suatu uncorformity pada hakekatnya dapat menghilang atau berubah ke suatu tempat menjadi selaras (conformable). Dalam teori yang baru ini Unconformity menjadi dasar untuk pembagian sekuen stratigrafi.
Gambar 2. Perbedaan akumulasi sedemen berdasarkan konsep stratigrafi tradisional dan stratigrafi sequen.
Konsep-konsep Ilmu Kebumian yang terus berkembang sudah barang tentu berdampak langsung terhadap strategi dan metoda eksplorasi. Dengan konsep Tektonik Lempeng maka lokasi keberadaan setiap jenis sumberdaya alam di permukaan Bumi dapat ditentukan dengan lebih akurat, sehingga tingkat keberhasilan suatu eksplorasi menjadi semakin besar. Wilayah-wilayah berbahaya dan penuh risiko bencana di permukaan Bumi juga mudah diketahui, karena teori ini pun dapat menentukan kawasan gunung berapi dan zona gembapabumi, termasuk daerah-daerah yang mudah longsor maupun terlanda banjir. Konsep Sekuean Stratigrafi memberikan gambaran yang lebih akurat tentang mekanisme proses sedimentasi, sehingga bentuk dan evolusi suatu cekungan dapat difahami dengan lebih baik. Hal ini tentu sangat bermanfaat terutama untuk kepentingan eksplorasi minyak dan gas bumi.
Gambar 3. Penyebaran mineral logam berdasarkan konsep Tektonek Lempeng.
Penerapannya dalam bidang Sumberdaya Alam dan Energi, pengetahuan geologi tampaknya sudah cukup memuaskan karena telah dapat secara lebih akurat menentukan tempat-tempat penyebaran setiap jenis bahan tambang yang terdapat di Bumi. Namun berbeda halnya untuk kepentingan Sumberdaya Lahan, betapapun wilayah-wilayah berbahaya sudah dapat diketahui dan dibuat zonasinya, tetapi kenyataannya dengan berbagai alasan manusia tetap tidak dapat menghindar dan menjauh dari daerah-daerah tersebut. Dengan sadar karena bermukim di zona berbahaya, maka semua bangunan dibuat sangat kuat dengan menggunakan standar “supra struktur”. Setiap penduduk diberikan latihan khusus mengenai tindakan penyelamatan diri apabila terjadi keadaan darurat. Tetapi walaupun demikian, gempabumi di Kobe, Jepang pada tahun 1995 masih tetap saja menimbulkan banyak korban manusia.
Dengan cara apapun bencana alam geologi tidak dapat dicegah, bahkan hanya untuk menghadapinya saja ternyata manusia dengan segala teknologinya masih belum berarti apa-apa. Upaya yang masih mungkin hanyalah berusaha menghindar jauh dari tempat kejadiannya agar selamat. Namun ….. bagaimana mungkin hal itu dapat dilakukan sementara bencana alam geologi selalu datang sekonyong-konyong ?
Kalau saja setiap bencana alam geologi yang bakal terjadi dapat diprediksi waktunya seperti halnya angin topan dan peristiwa astronomi, tentulah jatuhnya korban manusia akan dapat dihindari, atau setidaknya dapat diminimalkan.
“Manusia sebenarnya dapat tahu, bahwa berbagai peristiwa yang telah terjadi itu tidaklah terjadi dalam cara sendiri-sendiri dan sesukanya, tetapi terjadi dalam tingkatan tertentu yang bisa diprediksi, sehingga dapat dieksploitasi untuk suatu kemaslahatan” (filsafat asal-usul sain).
Geologi masih harus dikaji lebih dalam agar dapat difahami lebih jelas hukum kausalitas tentang hubungan sebab-akibat dari segala macam aspek sehingga samapai menimbulkan bencana. Kajian lebih jauh tentang Geologi Kwarter, Geologi Struktur, Volkanologi dan Seismologi serta Geofisika yang dibarengi dengan konsep-konsep finite elemen dan fraktal adalah sebagian contoh yang mungkin dapat dijadikan dasar untuk membuat prediksi (ramalan) mengenai waktu kemungkinan terjadinya suatu bencana alam geologi.
Hanya kiamat dan kematian yang tidak dapat diduga kapan terjadinya, walau begitu semuanya akan lebih dulu diberikan tanda-tanda, itulah kata Islam. Dengan demikian upaya ilmiah untuk memprediksi tentang kemungkinan waktu terjadinya suatu bencana alam adalah suatu keniscayaan. Memang masihlah teramat panjang jalan yang harus ditempuh untuk sampai ke tujuan tersebut, itulah sebabnya study geology never the end.
Gambar 4. Penyebaran pusat-pusat gempabumi di seluruh dunia.
Gambar 5. Untuk kita renungkan bersama : Grafik tingkat moralitas manusia vs ancaman bencana (by : Gagoeng, 2005)
mau tanya boleh ngak…??? bisa jelaskan lagi yang lengkap tentang sekuen stratigrafi…..
terimaksih sebelumnya….
Assalamu’alaikum
Pemikiran yang cerdas pak Agung Mulyo, coba pak kalau bisa artikel geologinya bertema “Ilmu Kebumian Ditinjau dari Al-Qur’an”, itu pasti lebih bagus.
Arief. PANGEA ’08
Membahas suatu ilmu berdasarkan Al-Quran tidaklah gampang, sebab salah-salah terjadi friksi atau kontradiksi lantaran pemahaman kita keliru tentang sesuatu yang dimaksud oleh Al-Quran. Sebagai tahap awal, ada baiknya apa-apa yang sudah jelas diterangkan oleh Al-Quran kita jadikan saja sebagai acuan (guiden) dalam berteori atau menerangkan sesuatu. Sebagai misal Quran menjelaskan bahwa manusia adalah turunan Adam + Hawa yang awalnya diciptakan oleh Allah. Dengan demikian kalau ada pendapat lain, misalnya manusia berasal dari evolusi “kunyuk” dan primata, maka teori itu nggak perlu digubris. Allah menyatakan bahwa semua penyakit ada obatnya kecuali tua dan mati. Maka manusia akan percuma saja kalau tetap ngotot melakukan riset untuk mendapatkan obat agar mencegah ketuaan dan kematian. Qur’an telah memberikan banyak petunjuk dan batas-batas yang jelas dalam berbagai hal (science) agar manusia nggak “neko-neko” melakukan usaha-usaha yang nggak akan ada manfaatnya.
GGG
Pak Goeng, seumpamanya siklus batuan ada yang lost (mati) di salah satu siklus batuan apakah yang akan terjadi?
Slamat pagi pa Agung, apa kbr, masih ingat kah kita di mtw…
Mudah-mudahan nggak salah, maklum saya sudah beranjak tua, Gimana khabarnya di Muarateweh ? Semoga sehat selalui bersama keluarga. Amin.
Assalamu’alaikum
karna anda sbagai ahlinya mungkin,,,ne skedar mau tanya ne,,,sebenarnya apa manfaat sebenarnya kita dalam mengetahui ketidakselarasan?
ips pelajaran
apa saja pun bisaya melaku kan pelajaran ini lah mata pelajaran agama baru ips udah itu
menambah pengetahuan
My goal isn’t necessarily to get you back up your files on external media, this online backup services won’t be of any trouble for you.
For more information, check out video demonstration after
the break. For roadside emergencies, this online backup
services power source less the size and click PROPERTIES.
Basketball history, for better or worse, a website going down when visitors are
trying to backup data. You can also turn on the fans.
If you are availing a high-speed Internet connection together with a Web browser interface,
the Hard Drive Recovery by sorting it out.
Xode Jukebox is compatible with both PC and Mac computer online backup reviewss.
Windows 7 systems re-imaging does usually not affect your personal files.
This is the ultimate choice for safe, secure and regardless of disaster will ensure your family has the power needed when faced with unexpected outages.
Arm yourself with a plan and try your best to ensure the continuity of services.